Kekhawatiran itu dipicu dengan ketersediaan fasilitas pengisian daya baterai atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Jarak yang terlalu jauh dan minimnya SPKLU membuat pengguna kendaraan listrik enggan untuk bepergian jauh.
"Fasilitas atau infrastruktur kendaraan listrik, kalau kita tidak mengisi daya di rumah, pengguna masih khawatir di mana mencari SPKLU. Atau misalnya cari di maps, ternyata saat perjalanan tidak ada yang dekat," ujar Timothy.
Hal ini, membuat pengguna mobil listrik hanya memakai kendaraannya sebagai mobilitas harian saja. Diakui Timothy, tidak banyak yang berani menggunakannya untuk perjalanan jarak jauh.
Temuan tersebut menunjukkan pengguna mobil listrik yang khawatir dengan sisa baterai selama perjalanan mencapai 65 persen dari total responden. Sementara yang khawatir atas kapasitas jarak tempuh mobil sebanyak 61 persen dan tidak semua bengkel menerima perbaikan meski kerusakan mobil non-listrik 49 persen.
Selain itu, keterbatasan infrastruktur atau fasilitas pengisian daya mobil listrik juga menjadi perhatian tersendiri dari para responden (43 persen). Termasuk juga lokasi SPKLU yang masih sedikit dan jauh (42 persen).