Namun, kurangnya kebijakan yang tepat dapat menyebabkan negara-negara berpenghasilan rendah kehilangan peluang tersebut.
"Satu pertanyaan penting adalah apakah AI akan meningkatkan peluang bagi semua orang, atau justru memperdalam ketimpangan yang sudah ada,” ujar Okonjo-Iweala.
Jika negara-negara berkembang gagal menjembatani kesenjangan digital, para ekonom WTO memperkirakan mereka hanya akan melihat peningkatan pendapatan sebesar delapan persen pada 2040, jauh di bawah peningkatan pendapatan sebesar 14 persen di negara-negara maju.
Namun, jika mereka mempersempit kesenjangan infrastruktur digital hingga 50 persen dan mengadopsi AI secara lebih luas, mereka dapat menyamai peningkatan di negara-negara berpendapatan tinggi.
“Dengan perpaduan yang tepat antara perdagangan, investasi, dan kebijakan pelengkap, AI dapat menciptakan peluang pertumbuhan baru di semua negara,” kata Okonjo-Iweala. (Wahyu Dwi Anggoro)