“Ketidakpastian yang berasal dari tarif yang diterapkan dan dilakukan oleh AS dapat mengurangi minat terhadap USD dan aset berdenominasi USD sebagai mata uang cadangan,” kata salah satu bank sentral anonim dalam laporan tersebut.
Para responden berpendapat tren dedolarisasi akan terus berlanjut karena peningkatan tarif dan proteksionisme perdagangan, namun penurunan pangsa dolar AS akan terjadi secara bertahap karena kekuatan Wall Street, penegakan hukum di AS yang relatif kuat, dan kurangnya pengganti yang jelas.
Pada 2024, bank sentral membeli 1.045 metrik ton emas, yang mencakup sekitar seperlima dari permintaan global.
Ini menandai tahun ketiga berturut-turut di mana mereka mengakumulasi lebih dari 1.000 ton, menurut angka dari WGC, naik tajam dari rata-rata 400 hingga 500 ton selama dekade sebelumnya.
“Bank-bank sentral diperkirakan akan terus membeli emas karena mereka mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada USD,” jawab salah satu bank sentral dalam survei tersebut.
Sebagai perbandingan, 45 persen responden memperkirakan penurunan moderat dalam kepemilikan dolar AS dalam 12 bulan ke depan.
Dolar AS saat ini mencakup 43 persen dari total cadangan bank sentral global, diikuti emas dengan 19 persen dan euro dengan 15 persen. (Wahyu Dwi Anggoro)