Sementara yang dilakukan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yakni dengan memberikan keyakinan kepada eksportir, importir, dan asing bahwa bank sentral selalu ada di pasar.
"Kondisi psikologis ini harus dijaga. Itu mengapa kita perlu SRBI, SVBI untuk menjaga suplai USD tetap terjadi. Di sisi lain, kita harus menjaga psikologis yang membutuhkan USD, yakni importir dan asing. Importir pasti butuh USD untuk beli barang," tuturnya.
Dia menuturkan, saat rupiah mendekati angka Rp16.000 per USD beberapa waktu lalu, banyak importir baru yang membutuhkan USD satu bulan ke depan, memilih melakukan pembelian segera karena takut harga menjadi lebih mahal.
"Saya bilang sama bank, coba bayangkan ketika ada outflow eksportir menunda penjualan dan importir mempercepat pembelian, ini cukup tegang tapi kembali lagi kita sampaikan bahwa kita ada di pasar," ujarnya.
Dia menuturkan, BI stand by di pasar obligasi dan valas. Ini dilakukan supaya pelaku pasar tidak panik, baik eksportir, importir, maupun asing.