Terlebih lagi, kata Dony, saat ini kondisi global penuh dengan ketidakpastian. Sehingga, instrumen SRBI ini merupakan instrumen imvestasi yang tepat karena memiliki risiko tidak terlalu tinggi.
"Karena dia adalah money market. Jadi ini adalah pilihan (instrumen investasi) terbaik. Oleh karena itu, BI meluncurkan ini pada saat ini," pungkasnya.
Sebagai informasi, sejak 2019, investasi portofolio Indonesia relatif mengalami penurunan hingga pada 2022 (secara full year) mengalami defisit sebesar Rp129,58 triliun.
Bahkan data terakhir yang dikeluarkan oleh BI pada kuartal-II 2023, tercatat investasi portofolio mengalami defisit USD2,58 miliar atau Rp39,5 triliun (mengacu kurs Rp15.300 per USD).
Sementara pada kuartal-I 2023 tercatat surplus USD3,03 miliar atau Rp46,35 triliun.
(YNA)