IDXChannel - Bank of England (BOE) diperkirakan akan menaikkan suku bunga bank sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% pada Mei 2023. Ini menandai kenaikan suku bunga kedua belas berturut-turut dan mendorong biaya pinjaman masyarakat Inggris ke level tertinggi baru sejak 2008.
Bank sentral terus menaikkan suku bunga karena terus berjuang melawan inflasi dua digit.
Tingkat inflasi tahunan di Inggris adalah 10,1% pada Maret, yang merupakan lima kali lebih tinggi dari target bank sentral sebesar 2%.
Investor akan mengamati dengan cermat rencana bank sentral untuk masa depan, apakah pembuat kebijakan berniat menaikkan suku bunga lebih lanjut atau segera menghentikan siklus pengetatan.
Selain itu, BoE akan mempublikasikan proyeksi ekonomi triwulanannya, dan sebagian besar investor mengantisipasi revisi naik untuk PDB dan inflasi pada 2023.
Sebelumnya, Blackrock Investment Institute memperingatkan Bank of England harus mengungkapkan bahwa ekonomi Inggris saat ini sudah terlalu panas atau ‘overheating’ untuk menurunkan inflasi.
Kenaikan suku bunga 4,5% akan membebani perekonomian Inggris di mana indeks harga konsumen tak bergerak tetap dalam level dua digit sejak Agustus tahun lalu.
Alex Brazier, wakil kepala Blackrock Investment Institute, mengatakan ekonomi secara efektif terlalu panas setelah kejutan pasokan tenaga kerja yang besar.
Dia mengatakan Komite Kebijakan Moneter Bank Dunia harus memutuskan berapa harga yang bersedia dibayar untuk merusak perekonomian Inggris yang disebutnya menciptakan pelemahan pertumbuhan untuk menurunkan inflasi.
"Ekonomi secara efektif terlalu panas dan jika Bank ingin menurunkan inflasi dengan cepat, itu harus menghasilkan semacam kelemahan pertumbuhan atau kelemahan pertumbuhan yang berkelanjutan. Berapa banyak pertumbuhan yang lemah yang ingin ditoleransi? Berapa harga yang bersedia dibayar untuk menurunkan inflasi?” kata Alex dalam program Today Radio BBC 4, dikutip The Telegraph, Kamis (11/5/2023).
Sebelumnya, bisnis Inggris dilaporkan mulai bergeliat dan konsumen menjadi lebih percaya diri yang memberikan tanda-tanda pemulihan ekonomi dan cukup menentang perkiraan resesi.
Pembacaan awal dari S&P Global/CIPS UK Composite Purchasing Mangers' Index (PMI) juga menunjukkan inflasi biaya input telah melambat dalam lebih dari dua tahun, tetapi tekanan harga terlihat cukup kuat bagi Bank of England untuk menaikkan suku lagi bulan depan.
PMI yang mencakup perusahaan jasa dan manufaktur, naik ke level 53,9 per April 2023 dari 52,2 pada Maret 2023, mewakili pertumbuhan terkuat sejak April tahun lalu.
Angka ini juga meleset dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters dengan pembacaan yang lebih rendah sebesar 52,5.
"Kuncinya adalah bahwa ekonomi secara keseluruhan tidak hanya menunjukkan ketahanan yang menggembirakan tetapi telah mendapatkan momentum pertumbuhan menuju kuartal kedua," kata Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di S&P Global.
Namun, National Institute of Economic and Social Research (NIESR) dalam laporan terbarunya mengatakan Rishi Sunak berisiko akan kesulitan mengurangi inflasi tahun ini. Hal ini karena rumah tangga mengalami penurunan pendapatan secara signifikan di tengah krisis biaya hidup.
Melonjaknya harga makanan dan kebutuhan pokok lainnya berarti inflasi berada di jalur yang akan tetap tinggi selama sisa tahun ini.
Perkiraan NIESR secara signifikan lebih tinggi daripada yang dibuat oleh Kantor Anggaran Nasional yang memperkirakan penurunan inflasi akan menjadi 2,9%.
Sebelumnya, perdana menteri Rishi Sunak berjanji untuk mengurangi separuh inflasi pada bulan Januari lalu ketika angkanya mencapai 10,1%.
Sayangnya, Maret menunjukkan fakta lain. NIESR memperkirakan penurunan hanya akan mencapai 5,4% hingga akhir tahun 2023. (ADF)