"Kuncinya adalah bahwa ekonomi secara keseluruhan tidak hanya menunjukkan ketahanan yang menggembirakan tetapi telah mendapatkan momentum pertumbuhan menuju kuartal kedua," kata Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di S&P Global.
Namun, National Institute of Economic and Social Research (NIESR) dalam laporan terbarunya mengatakan Rishi Sunak berisiko akan kesulitan mengurangi inflasi tahun ini. Hal ini karena rumah tangga mengalami penurunan pendapatan secara signifikan di tengah krisis biaya hidup.
Melonjaknya harga makanan dan kebutuhan pokok lainnya berarti inflasi berada di jalur yang akan tetap tinggi selama sisa tahun ini.
Perkiraan NIESR secara signifikan lebih tinggi daripada yang dibuat oleh Kantor Anggaran Nasional yang memperkirakan penurunan inflasi akan menjadi 2,9%.
Sebelumnya, perdana menteri Rishi Sunak berjanji untuk mengurangi separuh inflasi pada bulan Januari lalu ketika angkanya mencapai 10,1%.
Sayangnya, Maret menunjukkan fakta lain. NIESR memperkirakan penurunan hanya akan mencapai 5,4% hingga akhir tahun 2023. (ADF)