Kedua, banyak transaksi yang harus dilakukan melalui kantor cabang. Misalnya, nasabah yang secara historis selalu melakukan transaksi tradisional tidak akan bisa untuk dipaksa pindah ke digital.
Apalagi banyak yang masih menyukai transaksi dengan giro. Ada giro mundur yang bisa dipindahtangankan dan itu pastinya masih membutuhkan proses offline.
Ketiga, tidak semua kredit bisa dilakukan lewat digital. Jahja menjelaskan, ada banyak jenis-jenis kredit saat ini ada KPR, KBB, kredit komersial, SME dan korporasi. Layanan digital tidak bisa melayani semua jenis kredit tetapi relatif hanya untuk kredit konsumer dan mikro saja untuk saat ini.
Dari alasan tersebut, BCA melihat peran kantor cabang masih sangat diperlukan di tengah era digitalisasi ini. Oleh karena itu, Jahja menilai, bank-bank konvensional harus melakukan evaluasi diri sendiri. Jika memang tingkat kunjungan nasabah ke kantor cabang sudah berkurang maka bisa mengurangi jaringan kantornya.
"Namun, jika masih ada kebutuhan seperti yang dihadapi BCA maka keberadaan kantor cabang masiha akan terus dipertahankan," papar dia. Bahkan, BCA masih akan menambah kantor di titik-titik yang pertumbuhan ekonomi masih bagus.
Hanya saja, BCA akan melakukan transformasi pada operasional kantor cabanganya menyesuaikan dengan kebutuhan agar tetap efisien seperti membuat kantor lebih ramping dan banyak menghilangkan peran back office.
(SANDY)