sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ekonomi Membaik, BI Diramal Tahan Suku Bunga 5,75 Persen

Banking editor Michelle Natalia
15/02/2023 15:57 WIB
Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen.
Ekonomi Membaik, BI Diramal Tahan Suku Bunga 5,75 Persen. (Foto: MNC Media).
Ekonomi Membaik, BI Diramal Tahan Suku Bunga 5,75 Persen. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky mengatakan, perkembangan terkini menunjukkan kondisi finansial dan moneter Indonesia sudah jauh lebih baik dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. 

Dari sisi inflasi, walaupun masih berada di atas target Bank Indonesia (BI), inflasi sudah melalui titik puncaknya dan secara konsisten menunjukkan tren penurunan yang mengarah ke level 4%. 

Dari sisi eksternal, Rupiah mengalami apresiasi yang cukup kuat dalam satu bulan terakhir dan saat ini relatif stabil di kisaran Rp15.000.

"Mempertimbangkan berbagai faktor, kami melihat BI perlu menahan suku bunga acuan di 5,75% untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar sembari melanjutkan kebijakan makroprudensial tanpa mengganggu momentum pemulihan ekonomi yang terjadi saat ini," ujar Riefky di Jakarta, Rabu (15/2/2023). 

Hal ini juga mempertimbangkan the Fed yang juga kembali mengurangi agresivitas pengetatan kebijakan moneternya dalam rapat FOMC terakhir. 

Terakhir, selisih imbal hasil antara surat utang pemerintah Indonesia dan US Treasury sudah cukup terjaga dan cukup menarik untuk menarik arus modal masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Sejak pertengahan Januari lalu, Indonesia mengalami aliran arus modal masuk yang cukup deras, terhitung mencapai USD1,95 miliar di minggu kedua bulan ini. 

Beberapa faktor berperan dalam mendorong arus modal masuk ke Indonesia. Dari sisi eksternal, perlambatan kenaikan suku bunga oleh berbagai bank sentral, terutama the Fed, telah membatasi tingkat imbal hasil yang didapatkan investor. 

Implikasinya, investor mengalihkan portofolio mereka ke aset yang lebih berisiko, termasuk instrumen finansial di negara berkembang seperti Indonesia. 

"Dari sisi domestik, prospek yang lebih baik terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini dan masa mendatang menyusul rilis data PDB yang tumbuh di atas ekspektasi menjadi faktor penarik terhadap arus modal ke pasar keuangan domestik," ujar Riefky.

"Imbasnya, imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia tenor 10 tahun menurun dari 6,91% di pertengahan Januari ke 6,73% di tengah Februari," dia menambahkan.

Di sisi lain, imbal hasil untuk tenor 1 tahun meningkat dari 5,55% ke 5,74% pada periode yang sama; membuat yield curve yang semakin landai dan mengindikasikan bahwa investor memandang kondisi ekonomi Indonesia saat ini sudah mencapai kondisi full recovery.

"Cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD139,4 miliar di Januari 2023, meningkat sekitar USD2,17 miliar dari USD137,23 di bulan sebelumnya dan menyentuh level tertingginya dalam 11 bulan terakhir," paparnya.

"Lonjakan cadangan devisa didorong oleh penerbitan global bonds dan penerimaan pajak dan jasa. Jumlah cadangan devisa saat ini setara dengan 6,1 bulan impor atau 6 bulan impor ditambah," sambung Riefky.

Sementara itu, terkait pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan setara tiga bulan impor. 

"Besarnya cadangan devisa Indonesia dapat memberikan tambahan ruang kebijakan yang dapat diambil BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di masa mendatang," pungkas Riefky. 


(FAY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement