IDXChannel - Filianingsih Hendarta, Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) menjalani Fit & Proper Test bersama Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, hari ini (13/2). Filianingsih saat ini merupakan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran dan Asisten Gubernur BI.
Dalam Fit & Proper Test-nya, Filianingsih mengatakan, ancaman resesi ekonomi yang diiringi dengan inflasi tinggi di depan mata kita. Namun ekonomi nasional masih terjaga dengan baik dengan pertumbuhan 5,3 persen di 2022 dan diperkirakan 4,5 persen sampai 5,3 persen di 2023 diikuti dengan inflasi yang terkendali.
"Ketidakpastian global menuntut harus kita waspada karena Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbuka. Strategi kebijakan menjadi dilematis, ditutut pro stabilitas, tetapi juga menuntut pro pertumbuhan," jelasnya.
Menurut Filianingsih, tak perlu lagi perdebatan pro stabilitas dan pro pertumbuhan. Tetapi, sambungnya, bagaimana mampu menangkap peluang yang muncul dari perubahan yang terjadi.
Oleh karena itu, dia memiliki visi "Terwujudnya Perekonomian Nasional yang Berdayatahan, Progresif, dan Inklusif Melalui Strategi Akselerasi Transformasi Ekonomi dan Keuangan Digital yang Efektif dan Sinergis untuk Kebangkitan Indonesia."
Filianingsih membaginya dalam tiga strategi besar, yakni mengawal stabilitas moneter, memastikan dukungan pembiayaan ekonomi yang memadai dan inklusif, serta merumuskan dan mengimplementasikan langkah konkret mengakselerasi transformasi ekonomi dan keuangan digital (EKD).
"Strategi pertama, mengawal stabilitas moneter yakni inflasi sesuai sasaran dan nilai tukar terjaga stabil. Strategi kedua, memastikan dukungan pembiayaan ekonomi yang memadai dan inklusif dengan menjaga stabilitas sistem keuangan dan kebijakan makroprudensial longgar," terangnya.
Strategi yang ketiga, kata Filianingsih, merumuskan dan mengimplementasikan langkah konkret mengakselerasi transformasi EKD, yakni dengan masyarakat luas di wilayah 3T dan perluasan digitalisasi SP.
Dia menjelaskan langkah strategi pertama, antara lain kebijakan suku bunga pro stabilitas untuk menjaga inflasi inti tetap dipertahankan, pengelolaan kewajiban valas terus diperkuat, pengayaan operasi moneter valas, term devisa valas untuk Devisa Hasil Ekspor, peluasan hedging, dan pengelolaan surat berharga negara untuk aliran modal asing masuk.
"Strategi kedua, yakni dengan pelonggaran likuiditas seperti uang muka kredit kendaraan bermotor, rumah; pembiayaan umkm, dankebijakan intermediasi untuk ekonomi berkelanjutan," tuturnya.
Sedangkan untuk strategi ketiga, langkah nyata akeselerasi transformasi EKD.
"Mengawal momentum pertumbuhan ekonomi pasca pandemi jangan sampai lepas melalui perluasan digitalisasi sistem pembayaran," pungkas Filianingsih.
(FAY)