sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kenaikan Suku Bunga Imbas Krisis Bank Mulai 'Menggerogoti' Sektor Real Estat

Banking editor Kunthi Fahmar Sandy
25/03/2023 07:12 WIB
Dunia real estat komersial mencakup pinjaman untuk konstruksi baru, hipotek, dan pinjaman khusus untuk mengelola kompleks apartemen multifamily.
Kenaikan Suku Bunga Imbas Krisis Bank Mulai 'Menggerogoti' Sektor Real Estat (FOTO:MNC Media)
Kenaikan Suku Bunga Imbas Krisis Bank Mulai 'Menggerogoti' Sektor Real Estat (FOTO:MNC Media)

"Kami sudah berada di tempat dengan tingkat pengajuan kredit yang jauh lebih rendah. Sulit untuk tidak merasakan sedikit kepanikan dan kecemasan," kata Varuna Bhattacharyya, seorang pengacara real estat di New York, melalui laman The New York Times, Jumat (24/3/2023).

Ketakutan di antara para peminjam adalah bahwa bank-bank akan menjadi lebih konservatif dalam memberikan pinjaman, meskipun kepanikan sebagian besar telah terlihat stabil untuk saat ini, tetapi momok kegagalan bank dapat menghantui keputusan bank-bank regional selama berbulan-bulan.

Sebelum Federal Deposit Insurance Corporation turun tangan untuk mengambil alih Silicon Valley dan Signature, perlambatan dalam pemberian pinjaman kepada industri real estat komersial telah terlihat pada bulan Januari.

“Secara tahunan, tingkat pertumbuhan kredit real estat komersial tahun ini telah dipotong setengahnya dibandingkan dengan tahun lalu dan perlambatan ini merupakan hasil dari kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve, yang mulai menggigit aktivitas real estat komersial,” kata Matthew Anderson, direktur pelaksana di Trepp.

Dunia real estat komersial mencakup pinjaman untuk konstruksi baru, hipotek, dan pinjaman khusus untuk mengelola kompleks apartemen multifamily. Produk sekuritisasi yang berisi pinjaman yang diberikan bank tersebut disebut sebagai sekuritas beragun hipotek komersial, yakni sebuah pasar yang bernilai lebih dari USD72 miliar tahun lalu.

Daniel Klein, presiden Klein Enterprises, sebuah perusahaan manajemen real estat komersial yang berbasis di Maryland, baru-baru ini telah berbicara dengan beberapa bank tentang pinjaman konstruksi untuk sebuah proyek baru.

“Beberapa hari yang lalu, setelah bank-bank tersebut runtuh, salah satu bank tiba-tiba menarik term sheet untuk sebuah pinjaman,” kata Daniel Klein.

Daniel memperkirakan persyaratan pinjaman dari para pemberi pinjaman akan semakin berat dalam beberapa bulan mendatang karena bank-bank menengah menjadi ragu-ragu setelah runtuhnya Signature dan Silicon Valley Bank.

Beberapa kekhawatiran para pemberi pinjaman real estat sedikit mereda ketika F.D.I.C. mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka telah menjual secara substansial semua deposito yang tersisa di Signature Bank kepada anak perusahaan dari rekannya, New York Community Bancorp, yang juga merupakan pemberi pinjaman real estat komersial utama.

Selain itu, Regulator perbankan mengambil alih Signature pada 12 Maret setelah pelanggan bisnis - termasuk perusahaan real estat dan investor crypto, juga mulai menarik uang dari bank.

Diketahui, dalam membeli beberapa aset Signature, New York Community Bancorp mengambil sekitar USD34 miliar atau sebesar Rp516 triliun lebih dalam bentuk simpanan nasabah, bahkan dengan penjualan deposito perbankan ke New York Community Bancorp, ada kekhawatiran tentang apakah bank-bank lain akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh runtuhnya Signature.

“New York Community Bancorp memperoleh sekitar USD12,9 miliar pinjaman dari Signature,” kata F.D.I.C. 

Bank-bank cenderung mengurangi pinjaman untuk mempertahankan modal guna memperkuat neraca keuangan mereka untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut dan seruan baru bagi regulator untuk menjadi lebih agresif dalam memantau pengambilan risiko oleh bank-bank karena setiap kemunduran dalam pemberian pinjaman baru dapat mempengaruhi permulaan perkembangan komersial dan mendorong ekonomi mengarah resesi.

Sebuah laporan akhir tahun lalu dari Moody's Investors Service, lembaga pemeringkat kredit, menemukan bahwa 27 bank regional telah memiliki konsentrasi tinggi dari kredit-kredit semacam itu di neraca mereka dan mengatakan bahwa masalah ini dapat menjadi masalah bagi bank-bank jika ekonomi jatuh ke dalam resesi.

(Penulis Fidya Damayanti magang)

(SAN)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement