Kenaikan laba bersih tersebut disebabkan oleh pertumbuhan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) yang mencapai Rp8,9 triliun sementara NIM terjaga di level 6,4 persen (Rp9,4 triliun) dan non-NIM naik 65 persen secara tahunan menjadi Rp5,4 triliun.
Penyaluran kredit BBRI menjadi yang terbesar secara nominal di antara bank-bank lainnya hingga Rp1.204 triliun. Kredit tersebut tumbuh 7,12 persen, lebih rendah dari proyeksi manajemen antara 10-12 persen. Sementara DPK tumbuh 6,6 persen meski posisi LDR semakin ketat menjadi 89,2 persen.
Adapun PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) meraih laba bersih Rp14,22 triliun, tumbuh 4,31 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
NIM BBNI masih cukup stabil di level 4,2 persen dengan NII mencapai Rp3,4 triliun, tumbuh 2,6 persen. Sementara itu, beban operasional naik 16,7 persen dampak dari peningkatan beban tenaga kerja.
Penyaluran kredit BBNI tumbuh 8,97 persen, melandai sekaligus lebih rendah dari target 10-12 persen. Sementara DPK tercatat naik tipis 3,6 persen sehingga LDR naik ke 95,3 persen, yang mengindikasikan posisi likuiditas perseroan yang ketat.