Pertumbuhan penyaluran kredit BJTM juga diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman. Hal tersebut terlihat dari rasio Loan At Risk (LAR) yang melandai di angka 4,81% pada 2022, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6,57%.
Sementara itu, Rasio Non Performing Loan (NPL) Gross perseroan juga ikut menurun di angka 2,83%, dibandingkan sebesar 4,48% pada tahun sebelumnya.
“Penurunan rasio NPL dan LAR tersebut menunjukkan bahwa kualitas kredit perseroan menjadi semakin sehat, dan menjadi tanda adanya pemulihan dari beberapa sektor ekonomi,” kata dia.
Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit dan kualitas pinjaman yang memiliki performa positif, BJTM juga mencatatkan pertumbuhan pada Net Interest Income (NII) sepanjang 2022 yang naik sebesar 4,40% atau menjadi sebesar Rp4,81 triliun. Sementara, biaya provisi melandai sebesar 10,54% menjadi Rp387 miliar.
Busrul mengungkapkan, pertumbuhan yang signifikan di sektor UMKM ditopang oleh penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp104,6 miliar. Hal itu menunjukkan keberhasilan perseroan dalam mendukung program pemerintah pada peningkatan UMKM melalui program KUR.