sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Melihat Sikap Kalem BI Hadapi Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed

Banking editor Maulina Ulfa - Riset
17/03/2023 10:07 WIB
Gubernur BI tetap meyakini The Fed akan tetap menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi di AS.
Melihat Sikap Kalem BI Hadapi Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed. (Foto: MNC Media)
Melihat Sikap Kalem BI Hadapi Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%.

BI juga menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.

"Bank Indonesia meyakini bahwa BI7DRR sebesar 5,75% memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023," ungkapnya Kamis (16/3/2022).

Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) juga diperkuat dengan pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi operasi moneter valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) sesuai dengan mekanisme pasar. 

The Fed Diproyeksi Tetap Hawkish

Gubernur BI tetap meyakini The Fed akan tetap menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi di AS meskipun negeri Paman Sam tersebut tengah dilanda huru-hara perbankan.

Setelah runtuhnya Sillicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank, The Fed dikabarkan akan menghentikan sementara kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) pada pertemuan mendatang.

Sebelum kolapsnya 3 bank, termasuk Credit Suisse, The Fed diperkirakan akan lebih agresif menaikkan suku bunga.

“Bacaan kami, memang inflasi AS menurun, tapi inflasi inti masih sangat lambat karena ekonomi membaik dan ketetatan pasar tenaga kerja. Weak push inflation cukup tinggi dan menyebabkan inflasi inti relative tinggi,” jelas Perry.

Menurut Perry, stabilitas sistem keuangan AS sudah bukan lagi menjadi pertimbangan The Fed untuk menaikkan suku bunga atau tidak.

“Kami di Bank Indonesia melihat The Fed akan lebih mempertimbangkan faktor-faktor fundamental seperti inflasi dan pasar tenaga kerja. Untuk itu, kami menggunakan baseline skenario FFR di mana kami melihat The Fed yang awalnya akan menaikkan suku bunga mencapai 5% menjadi 5,25%-5,5%,” ujar Perry.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement