Di samping itu, BI optimis bahwa dengan likuiditas perbankan yang masih cukup, hal ini tidak akan mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit pada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian SBN/SBSN untuk pembiayaan APBN. Selain itu, adanya kemungkinan The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga lagi di sisa akhir tahun 2023.
“Dengan katalis postif di atas, BRI-MI melihat investasi pada Reksa Dana Pasar Uang khususnya Reksadana Pasar Uang Syariah masih cukup menarik dan kompetitif dibandingkan dengan melakukan penempatan langsung pada deposito syariah” tutup Ira.
Dari sisi pembahasan kinerja industri, Reksadana Syariah mencatatkan kinerja yang solid hingga akhir tahun 2023. Hal ini tercermin dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Reksa Dana Syariah pada akhir September 2023 yang terus mengalami peningkatan sebesar 6.16% persen atau naik menjadi Rp42,65 triliun dari sebelumnya sebesar Rp40,61 triliun pada akhir 2022.
Sebagai informasi, Reksa Dana SPU Syariah bertujuan untuk memberikan tingkat pertumbuhan investasi yang stabil dengan risiko minimal sekaligus memperoleh tingkat likuiditas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan dana tunai dalam waktu yang singkat dengan berinvestasi pada instrumen pasar uang Syariah dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan/atau Efek Syariah Berpendapatan Tetap yang sisa jatuh temponya tidak lebih dari 1 (satu) tahun yang diperdagangkan di Indonesia dan/atau deposito Syariah yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal.
Terakhir, Reksa Dana SPU Syariah sendiri bisa menjadi alternatif investasi bagi investor, termasuk investor pemula. Hal ini karena kemudahan pembelian produk melalui Aplikasi Digital BRI-MI, InvestASIK, atau di gerai APERD rekanan BRI-MI. (WHY)