Piter Abdullah menyapaikan bahwa saat ini, fenomena digitalisasi perbankan membuat banyak bank yang mengganggap profilnya sebagai bank digital dan digunakan hanya sebagai gimmick marketing.
“Banyak bank yang menggunakan gimmick hanya demi mengerek valuasi atau harga sahamnya perbankan tersebut,” tegasnya.
Sebagai sebuah end-to-end platform, lanjut Piter, bank digital banking mencakup front end yang dilihat oleh nasabah, back end yang dilihat oleh bankers melalui server dan panel control admin mereka dan terakhir middleware yang menghubungkan front end dan back end. (TYO)