"Ketidakpastian geopolitik menjadi faktor utama yang masih membayangi prospek pemulihan ekonomi ke depan," katanya.
Dia menyebut, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai mereda seiring tercapainya kerangka kesepakatan dagang. Namun, tensi geopolitik kembali meningkat di kawasan Timur Tengah menyusul konflik antara Israel dan Iran yang disertai serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.
“Tekanan terhadap pasar keuangan dan harga minyak mereda setelah gencatan senjata Israel dan Iran diberlakukan,” kata dia.
Lebih lanjut, Mahendra menyampaikan indikator ekonomi global saat ini menunjukkan tren moderasi dan sebagian besar di bawah ekspektasi sebelumnya. Hal ini turut mendorong arah kebijakan fiskal dan moneter global yang cenderung lebih akomodatif.
Di AS, lanjutnya, bank sentral AS atau Federal Reserve masih mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen, sambil menunggu dampak kebijakan tarif terhadap inflasi.