IDXChannel – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kondisi industri asuransi komersial nasional dalam kondisi yang solid dan positif.
Menurut OJK, premi asuransi tetap tumbuh dan permodalan asuransi tetap dalam kondisi solid di 2024. Data OJK menunjukkan nilai aset asuransi komersial per Desember 2024 mencapai Rp827,9 triliun atau tumbuh 2 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara nilai premi asuransi komersial mencapai Rp280,39 triliun di 2024 dan catatkan pertumbuhan 4,34 persen. Adapun segmen asuransi jiwa mencatatkan premi sebesar Rp162,68 triliun atau naik 3 persen sedangkan asuransi umum mencatatkan perolehan premi Rp117,7 triliun atau tumbuh 6 persen.
Sementara dari sisi permodalan yang tercermin dari Risk Based Capital (RBC), kondisi asuransi jiwa, asuransi umum dan reasuransi juga dalam kondisi yang baik. RBC asuransi jiwa per akhir Desember 2024 berada di 420,7 persen sedangkan untuk asuransi umum dan reasuransi berada di 325,9 persen.
Kondisi RBC industri asuransi jiwa, asuransi umum dan reasuransi tersebut bahkan berada di atas ketentuan minimal yang ditetapkan di OJK yaitu di 120 persen.
“Permodalan menjadi aspek penting untuk sektor jasa keuangan terutama asuransi. Tahun 2024 menjadi tahun yang cukup menantang karena volatilitas di pasar keuangan global, risiko perlambatan ekonomi dunia hingga kondisi politik yang menantang. Dengan solvabilitas yang kuat, perusahaan asuransi dapat menavigasi berbagai tantangan dengan baik," kata Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis dalam risetnya Kamis (27/2/2025).
Untuk 2025, kondisi permodalan masih menjadi aspek penting untuk industri asuransi karena adanya berbagai risiko yang masih perlu dicermati salah satunya seperti kebijakan Presiden AS Donald Trump yang proteksionis dan menerapkan tarif tinggi.
Menurut Azis, kebijakan tarif tinggi berpotensi menimbulkan berbagai efek domino mulai dari fluktuasi harga aset dan instrumen investasi, fenomena flight to safety assets, rantai pasok global yang berisiko kembali terfragmentasi, kemungkinan meningkatnya inflasi hingga ruang pemangkasan suku bunga yang lebih terbatas.
Berkaca pada kinerja emiten asuransi yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), kondisi permodalan atau RBC masih dalam kondisi yang solid.
“Meskipun secara size dari sisi aset, ekuitas dan gross written premium (GWP) emiten berbeda-beda, tetapi secara umum kondisi RBC emiten asuransi sudah berada di atas ketentuan modal minimal OJK. Sehingga risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko asuransi hingga risiko operasional dapat dikelola dengan baik sehingga di tengah berbagai tantangan yang ada, ruang ekspansi perusahaan asuransi yang listed masih terbuka di 2025," tuturmya.
Menurut catatan Azis, RBC emiten asuransi umum per akhir Desember 2024 berada di kisaran 164-717 persen dengan nilai tengah atau median di 324 persen.
Di antara belasan emiten asuransi umum yang melantai di BEI, Azis melihat PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance/TUGU) sebagai asuransi umum yang memiliki permodalan kuat tidak hanya dari sisi RBC tetapi juga nilai modal yang besar.
Mengacu pada laporan keuangan bulanan TUGU (parent only) yang tidak diaudit, Rasio Kecukupan Investasi (RKI) TUGU per akhir Desember berada 592 persen. RKI TUGU juga berada jauh dari ketentuan minimum yaitu 100 persen.
Sementara itu dari sisi laba rugi non-konsolidasi untuk TUGU (parent only), jumlah pendapatan premi bruto TUGU mencapai Rp5,7 triliun dan mencatatkan pertumbuhan 12 persen dibanding tahun sebelumnya serta melampaui pertumbuhan industri.
Kemudian jumlah pendapatan underwriting mencapai Rp1,4 triliun per akhir Desember 2024 atau naik 21 persen dari tahun sebelumnya. Selanjutnya untuk hasil underwriting mencapai Rp845 miliar dan mengalami kenaikan 17 persen dibanding tahun sebelumnya.
Untuk laba usaha asuransi TUGU (parent only) per akhir Desember 2024 mencapai Rp730 miliar yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 56 persen dibanding tahun sebelumnya.
(kunthi fahmar sandy)