IDXChannel - Wacana peleburan bank BNI dan BTN masih menjadi sorotan, terutama bagi sejumlah pelaku investor. Rencana merger kedua bank ini memerlukan pertimbangan-pertimbangan lainnya untuk melihat dampak dan risikonya.
Hendriko Gani selaku Investment Analyst Stockbit memberikan tanggapannya terkait wacana merger kedua bank besar ini. Menurutnya, hal ini memerlukan analisis lanjut mengenai sinergi antara BNI dan BTN.
“Secara positif BTN jadi bisa memperluas market share dia, karena BNI punya market yang cukup besar di Indonesia. Keduanya bisa memiliki akses ke modal tambahan dengan cost of fund yang murah,” kata Hendriko melalui program Power Breakfast IDX Channel pada Selasa (30/8/2022).
Penggabungan BNI dan BTN ini belum menemukan titik urgensi yang mendorong wacana ini terus berlanjut, menurut Hendriko kedua bank ini memiliki fokus bisnis yang berbeda. Sehingga jika merger ini hanya sekedar menambah modal, sehingga tak perlu dilakukan.
“BNI dan BTN itu punya dua strategi bisnis yang beda. BNI lebih fokus ke UMKM dan korporasi. Sedangkan BTN lebih fokus ke properti yakni KPR. Kalau sekedar menambah modal, sebenarnya enggak harus merger bisa juga dilakukan dengan rate issue seperti yang dilakukan bank lain” tambahnya.
Melihat kinerja saham antara BNI dan BTN, keduanya memiliki progres yang berbeda. BTN sendiri untuk kinerja year to date masih tertekan 12,72% dan baru ada pengutaan satu bulan terkahir sebesar 1,68%. Sementara BNI (BBNI) untuk year to date menguat 21,48% satu bulan terakhir naik 3,14%.