Indonesia selama ini mengandalkan aliran modal asing di pasar keuangan dari tiga aset, yaitu saham, Surat Berharga Negara (SBN), serta SRBI. Ketika terjadi guncangan pasar beberapa waktu lalu akibat sentimen yang memburuk, arus modal asing keluar dari saham dan SBN.
Perry menambahkan, saat ini arus modal asing sudah mulai kembali ke SBN dan saham, tetapi nilainya masih sangat kecil.
"Oleh karena itu, untuk melindungi kita dari spill over Fed Fund Rate, imbal hasil treasury dan dolar AS, kami arahkan SRBI lebih tinggi. Karena lebih tinggi, makanya yield SRBI harus kompetitif, kami bandingkan dengan peer group, seperti India dan sebagainya," tutur Perry.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono menambahkan, ada bukti lain bahwa SRBI tidak membuat likuiditas di bank seret. Tercermin dari kemampuan perbankan yang masih sangat ekspansif dalam menyalurkan kredit.