Bahkan, banyak yang menyaksikan bagaimana Inggris yang selama ini termasuk salah satu kiblat para bankir, mengalami pergolakan politik, berganti menteri keuangan karena salah merancang budget, dan ekonominya runtuh. Politik Inggris berganti sampai tiga kali berganti perdana menteri dari partai yang sama.
"So 2022 was not an ordinary time. Itu adalah waktu dimana sesudah tahun ketiga dunia dihadapkan pada pandemi, which is not yet over, dunia tadinya berharap tahun ketiga menunjukkan smooth and strong recovery, mungkin tidak across the board tapi smooth and strong recovery, tapi ternyata gejolaknya bertambah dari sisi geopolitik," tutup Sri Mulyani. (RRD)