IDXChannel - Bank sentral Korea Selatan memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan mereka sebesar 25 basis poin (bps), menjadi 2,50 persen. Langkah ini dilakukan guna menahan laju inflasi di negara itu.
Langkah ini tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) yang juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 25 bps, ke 3,75 persen. Tidak menutup kemungkinan keduanya akan menaikkan angka yang lebih besar guna menahan laju inflasi.
Dikutip dari Reuters, kamis (25/8/2022), laju inflasi di Korea Selatan tercatat sudah mencapain 6,3 persen pada Juli 2022 lalu. Angka tersebut menjadi yang tertinggi dalam sejarah keuangan negara itu dalam 24 tahun terakhir, yang sempat menyentuh 6,8 persen pada November 1998.
Tak hanya itu, Bank of Korea (BoK) juga meningkatkan perkiraan inflasi tahun ini menjadi 5,2 persen dari sebelunnya 4,5 persen. Mereja juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 2,6 persen pada tahun ini dari 2,7 persen.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang akan melambat pada paruh kedua tahun ini dan inflasi mungkin sudah mencapai puncaknya, kami pikir siklus pengetatan akan berakhir akhir tahun ini," kata seorang ekonom Capital Economics, Gareth Leather, dalam sebuah catatan setelah keputusan itu terbit.
Tak hanya itu, BoK juga melihat pertumbuhan akan mengalami pelambatan menjadi 2,1% pada 2023.
BoK menjadi bank sentral pertama di dunia yang memutuskan untuk menanggalkan semua stimulus moneter di negara itu. Bahkam tercatat sudah menaikkan dua poin persentase penuh sejak Agustus tahun lalu.
"Pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah -yang disebabkan oleh perlambatan ekonomi global dan hambatan dari pengetatan kebijakan baru-baru ini- akan menyebabkan tekanan harga yang mendasari mereda," Lanjut Leather.
Dari 36 ekonom yang disurvei, tiga orang mengatakan kenaikan suku bunga di Korea Selatan akan berhenti pada 2,50 persen. Namun setengah dari responden menyebut akan berlanjut hingga 2,75 persen, dan 14 sisanya yakin suku bunga akan terus meningkat samoai 3,00 persen namun hanya satu memperkirakan di angka 3,25 persen. (TYO)