sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Utang Luar Negeri RI Turun Jadi Rp6.098 Triliun

Banking editor Michelle Natalia
15/11/2023 10:36 WIB
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III-2023 sebesar USD393,7 miliar atau setara Rp6.098 triliun (mengacu kurs Rp15.490 per USD).
Utang Luar Negeri RI Turun Jadi Rp6.098 Triliun. (Foto MNC Media)
Utang Luar Negeri RI Turun Jadi Rp6.098 Triliun. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III-2023 sebesar USD393,7 miliar atau setara Rp6.098 triliun (mengacu kurs Rp15.490 per USD). Jumlah ini turun dibandingkan dengan triwulan II-2023 yang mencapai USD396,5 miliar atau Rp6.141 triliun.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan, penurunan posisi ULN ini terutama bersumber dari ULN sektor publik. 

"Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,1% (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,2% (yoy)," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (15/11/2023).

Dia menerangkan, ULN pemerintah pada akhir triwulan III-2023 tercatat sebesar USD188,3 miliar. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan triwulan II-2023 yakni USD192,5 miliar. Namun, secara tahunan tumbuh sebesar 3,3% (yoy).

"Penurunan posisi ULN pemerintah dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain seiring dengan volatilitas di pasar keuangan global yang meningkat," jelas Erwin.

Selain itu, kata dia, pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel.

Erwin menyampaikan, sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk fokus mendukung upaya Pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas.

"Sehingga mampu menopang dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid di tengah meningkatnya ketidakpastian kondisi perekonomian global," papar Erwin.

Dukungan tersebut mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,9% dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,3%), jasa pendidikan (16,7%), konstruksi (14,2%), serta jasa keuangan dan asuransi (10,1%). 

"Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah," tutur Erwin.

ULN swasta tetap terkendali dan masih melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN swasta pada akhir triwulan III-2023 tercatat sebesar USD196,0 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar USD194,6 miliar. 

"Secara tahunan, ULN swasta kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,8% (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan II 2023 sebesar 5,3% (yoy)," sambung Erwin.

Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 3,5% (yoy) dan 3,9% (yoy). 

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 78,4% dari total ULN swasta. 

"ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,7% terhadap total ULN swasta," ucap Erwin.

Dia menyimpulkan, struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada triwulan III-2023 tetap terkendali sebagaimana tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 28,9%, dari 29,3% pada triwulan sebelumnya, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,6% dari total ULN. 

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, BI dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. 

"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," pungkas Erwin.

(YNA)

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement