Ia pun menaksir imbas rendahnya okupansi hotel di Malang, kerugian mencapai miliaran rupiah. Apalagi hal ini diperparah adanya pembatasan operasional restoran yang tidak boleh menerima dine in atau makan di tempat.
"Ini lebih parah daripada awal - awal kemarin (PSBB), lebih parah lagi, karena restoran nggak bisaa bergerak, nggak boleh melayani tamu, tamu nggak boleh masuk," tuturnya.
"(Kalau kerugian dihitungnya) 10 persen dari target, katakanlah misalnya satu hotel punya target Rp 1 miliar, cuma tercapai 1 juta, 10 persen itu, semua hotel sama, jatuh sekali," jelasnya.
Alhasil ia dan rekan - rekan perhotelan selain merumahkan pekerja, pelaku usaha terpaksa merogoh kocek tabungan yang sebelum-sebelumnya telah ada.
"Rata-rata menggunakan sisa-sisa keuntungan uang tahun sebelumnya, dari celengan - celengan," pungkasnya. (RAMA)