Adapun produksi kobalt global secara total mencapai 197.791 ton, dengan Kongo menyumbang sekitar 145 ribu ton.
Industri kendaraan listrik merupakan konsumen kobalt terbesar, sekitar 40% dari total permintaan. Pertumbuhan sektor kendaraan listrik diperkirakan akan mendorong permintaan kobalt global dua kali lipat pada 2030.
Sementara itu, anjloknya harga kobalt, yang turun hampir 30% pada tahun ini menjadi di kisaran USD13,9 per pon memberi dampak besar pada Kongo.
Selain itu, prospek jangka panjang mineral ini dapat menghadapi rintangan karena upaya mengurangi penggunaannya dalam baterai dipicu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan pekerja anak di tambang kobalt Kongo.
Meski ada upaya untuk mengurangi penggunaannya untuk baterai kendaraan listrik, namun kobalt diperkirakan akan tetap menjadi bahan baku penting untuk seluruh rantai pasokan baterai dalam waktu dekat. Permintaan kobalt diprediksi bakal naik dua kali lipat pada 2030 menjadi 388 ribu ton.