“Tetapi kalau kita lihat komparasi dari periode yang sama antara tahun ini dibandingkan tahun yang lalu, bisa kita lihat kalau kejadian bencananya turun sedikit 4,23% tapi jumlah korban yang hilang dan meninggalnya itu naik. Kemudian yang luka-lukanya turun, terdampak dan mengungsi itu naik karena faktor banjir," jelas dia.
“Jadi sebenarnya kalau kita bicara terdampak dan mengungsi kontributor bencana paling banyak itu pasti banjir karena cakupannya luas. Tapi kalau kita lihat dari rumah rusak itu turun,” katanya.
Aam pun mengatakan bahwa di tahun 2022 itu masih dominan bencana akibat hidrometeorologi basah sedangkan di tahun 2023 ini dominan bencana hidrometeorologi kering.
“Dampak bencana, kita lihat jadi mungkin bisa saya simpulkan komparasi antara Juli 2023 dengan Juli 2022 secara umum meskipun dominannya sama-sama hidrometeorologi basah tapi hidrometeorologi basah Juli 2023 itu lebih banyak karena faktor Madden Julian Oscillation tadi karena untuk kemaraunya kita bisa lihat frekuensi kejadian tersebut telah di Juli 2023 itu sudah mulai lebih tinggi daripada Juli 2022,” paparnya.
(SLF)