IDXChannel - Direktur Perencanaan dan Pengembangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Mahlil Ruby, mengungkap penyebab perusahaan terancam mengalami gagal bayar pada 2026.
Hal ini disebabkan potensi defisit yang terjadi akibat pengeluaran klaim yang dibayar BPJS Kesehatan lebih besar dari premi yang dibayarkan para peserta JKN.
Adapun peningkatan klaim disebabkan oleh beberapa hal, seperti tingginya kunjungan masyarakat ke rumah sakit akibat penyakit kronis.
Selain itu adanya tambahan fasilitas kesehatan dan kapasitas dari rumah sakit, peningkatan kasus penyakit yang memiliki biaya mahal, peningkatan kelas rumah sakit, hingga adanya potensi fraud.
"Saya ingin mengatakan bahwa kalau kita tidak melakukan sesuatu kebijakan apapun, maka pada 2026 kita akan defisit atau aset negatif. Gagal bayar bisa terjadi pada Maret 2026," kata Mahlil di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Senin (11/11/2024).
Pada kesempatan itu, Mahlil juga menceritakan kondisi di mana kepesertaan BPJS Kesehatan bertambah sekitar 30 juta peserta, tetapi yang aktif membayar premi hanya sekitar 7 juta peserta saja.
Hal ini membuat klaim yang dibayarkan BPJS Kesehatan terus membengkak.
"Ini fenomena bocor, jadi lebih besar yang kita rekrut, tetapi kecil yang menjadi uang (membayar premi)," tuturnya.
Sedangkan beberapa faktor yang membuat pendapatan premi BPJS tidak kunjung mengalami peningkatan dan menyeret pada ancaman gagal bayar, disebabkan oleh kenaikan upah yang rendah, peserta aktif didominasi kelas 3, hingga validasi data yang kurang tepat.
"Makanya kita sedang membahas terkait penyesuaian iuran, selain itu, kita perlu dukungan K/L untuk sanksi layanan publik," kata Mahlil.
(NIA DEVIYANA)