“Saya percaya bahwa pada masa-masa perlambatan ekonomi adalah kesempatan bagi negara-negara seperti Indonesia untuk melakukan reformasi struktural. Reformasi yang mungkin bisa membutuhkan waktu 70 tahun untuk menyelesaikannya, namun Indonesia bisa melakukannya selama pandemi Covid-19 sehingga ketika pandemi hampir berakhir, kami mulai melakukan restrukturisasi dan reformasi ekonomi,” jelas Airlangga.
Terkait dengan kerjasama Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), Airlangga menekankan bahwa Indonesia optimis terhadap deliverables dari IPEF dan mempunyai komitmen kuat terhadap semua pilar IPEF. Hal tersebut penting karena anggota-anggota IPEF HM.4.6/601/SET.M.EKON.3/10/2022 memiliki latar kondisi ekonomi yang berbeda.
“Indonesia berharap IPEF dapat memiliki komitmen serta konsensus di antara negara-negara yang terlibat, dan kami berharap dalam satu tahun Indonesia dan negara-negara lain dapat mencapai kesepakatan dalam semua pilar pembahasan tersebut,” imbuhnya.
Adapun pada sesi awal dibuka oleh John J. Hamre, Presiden dan CEO CSIS dengan Gregory B. Poling, Director CSIS untuk Kawasan Asia Tenggara sebagai moderator. Dalam pembukaannya, Presiden CSIS menegaskan, “Komunitas global perlu melihat peran Airlangga Hartarto dalam posisinya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, dalam menstabilkan perekonomian Indonesia menghadapi pandemi Covid-19 dan krisis multidimensi global akhirakhir ini," terang dia.
(DES)