Agar data identitas dari pelapor tidak terbuka di lokasi yang dilaporkan, Anies mengaku sudah melakukan training terhadap sumber daya manusia (SDM) yang melaksanakan tindak lanjut dari laporan warga di aplikasi Jaki.
"Jadi petugas kita saat ke lapangan tidak menyebutkan nama pelapor, jadi kita melakukan training pada SDM kita (agar tidak mengungkap identitas pelapor di lokasi yang dilaporkan). Kita harus percayakan kepada pakar dan ahlinya serta memiliki track record (soal privasi)," jelas Anies Baswedan.
Tak hanya itu, Anies mengaku membuat sebuah website dengan nama Jala Hoax. Website tersebut berisi berbagai konten dan informasi di ibukota Jakarta yang memenuhinya kualifikasi hoax.
"Kita sebagai warga yang hidup di jaman digital kita harus menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Ini benteng terkuat melawan hoax," ucap Anies Baswedan.
Hoax kata dia akan mudah tersebar jika pembacanya tidak memiliki pemikiran kritis atas informasi yang didapat. Keberadaan website tersebut untuk memastikan warga DKI Jakarta sebagai pembaca dapat membentengi diri dari hoax tersebut.