“Dalam APBN 2023, asumsi dari ICP adalah USD90. Kami melihat trennya akan menurun karena adanya perlambatan ekonomi global. Artinya akan ada perlambatan permintaan global sehingga ICP akan menurun. Walaupun kami tidak tahu pasti volatilitasnya seperti apa,” jelasnya.
Faktor kedua adalah nilai tukar (kurs). Asumsi kurs di APBN 2023 sebesar Rp14.800, namun diprakirakan pemerintah akan mendapatkan tekanan dari sisi kurs karena peningkatan angka tersebut.
Di sisi lain, pemerintah telah menetapkan volume untuk minyak solar sebesar 17 Juta KL, sedangkan untuk Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP/Pertalite) sebesar 32,56 Juta KL.
“Walaupun volume yang ditetapkan mengalami penurunan dari tahun lalu, kami tetap optimistis karena melihatnya penurunan permintaan BBM akibat penyesuaian harga di bulan September lalu,” kata dia.
(FRI)