Selain efisiensi bisnis, Erick menuturkan, hasil merger akan memperkuat infrastruktur industri bandara yang dikelola Angkasa Pura Indonesia. Dengan langkah ini, bandara di Indonesia bisa naik kelas hingga ke level global.
Menurutnya, Indonesia harus menyesuaikan bisnis bandaranya. Selain bisa bersaing dengan Bandara Changi di Singapura, beberapa bandara di Indonesia juga over capacity atau kelebihan kapasitas.
“Sehingga kalau kita sering ke luar negeri melihat banyak airport juga yang sekarang berubah model, membangun sebuah ekosistem baru,” ujar Erick.
Erick memastikan perbaikan bisnis model pasca konsolidasi Angkasa Pura I dan II terus dilakukan. Salah satunya, menggenjot bisnis non aero bandara agar semakin menguntungkan.