IDXChannel - Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan ancaman terburuk dari kegagalan bayar utang Amerika Serikat bakal berdampak pada imbal hasil obligasi Indonesia. Terutama untuk tenor 10 tahun yang diproyeksi berada di angka 6,5% .
Apabila pemerintah Amerika gagal bayar kepada pemegang surat utang negaranya, Eko mengatakan, investor akan cenderung melarikan utangnya ke negara-negara yang mempunyai kondisi ekonomi lebih stabil.
"Dampaknya bisa ke pasar kita, untuk obligasi tenor 10 tahun itu sekitarnya 6,5% bunganya atau yield-nya, itu bisa masuk ke negara berkembang termasuk Indonesia," ujar Eko dalam Market Review IDXChannel, Selasa (2/5/2023).
Namun demikian menurut Eko, belum pernah sejarahnya Amerika Serikat sampai gagal bayar utang. Sebab Negara Paman Sam itu cenderung melakukan 'konsolidasi' antara Pemerintah Pusat dan Senat untuk menaikkan plafon pinjaman.
"Katakanlah itu terjadi (gagal bayar) maka rating surat utang Amerika makin turun dan peminatnya semakin turun, dan dari situ mereka akan mencari negara yang bisa menawarkan return lebih baik dan rating lebih baik," sambungnya.
Lebih lanjut, Eko menjelaskan Amerika Serikat sendiri telah mencapai batas pinjaman sebesar USD31,4 triliun pada bukan Januari 2023. Tingginya hutang tersebut justru dikhawatirkan pada perekonomian global, karena hingga saat ini Amerika sendiri masih menjadi kiblat perekonomian dunia.
"Meskipun Amerika biasanya mereka lebih berkompromi dengan menaikkan batas utang, sehingga tidak akan jadi gagal bayar, dan itu belum pernah dalam sejarahnya Amerika. Sepertinya tapi secara politik tidak akan gagal bayar," jelasnya.
(FRI)