IDXChannel - Ekonomi Amerika Serikat (AS) tengah dibayang-bayangi oleh ancaman resesi ekonomi tahun ini. Suku bunga The Fed masih tinggi meski tunggakan kartu kredit masyarakatnya terus meningkat sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonominya masih di bawah konsensus di 1,6% pada kuartal pertama 2024.
Senior Ekonom dan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal menjelaskan meski kondisi ekonomi diakui mengalami perlambatan, The Fed masih mempertahankan suku bunganya yang diprediksi hingga akhir tahun 2024 ini. Kondisi ini, lanjut Fithra, karena The Fed menilai kapabilitas ekonomi AS masih dalam kondisi terlalu kuat sehingga perlu dinaikkan suku bunganya karena mencegah inflasi yang berkelanjutan.
"Karena tujuan The Fed itu adalah untuk memperlambat perekonomian AS, karena inflasi ekonomi disana masih terlalu tinggi. Data terakhir inflasi di AS yakni berada di 3,3%, ini masih di atas target The Fed yang menginginkan inflasi di bawah 3% atau sampai 2%. Maka suku bunga The Fed masih tinggi," ujar Fithra kepada MPI, Minggu (26/5/2024).
Fithra mengungkapkan, situasi tersebut menjadi paradoks jika dipandang sebagai kondisi ancaman resesi bagi AS. Di satu sisi, lanjut Fithra, inflasi AS masih tinggi tetapi di sisi lainnya pertumbuhan ekonomi justru lambat.
"Tetapi yang terjadi justru kondisi ekonomi AS itu kemungkinan ke arah stagflasi, bukan resesi. Ekonominya melambat tetapi justru inflasinya malah meningkat. Jadi situasinya stagnasi dan inflasi," terang Fithra.