Situasi resesi ini, Fithra melanjutkan, juga dinilai berpotensi lemah terjadi di AS dikarenakan tingkat pengangguran tergolong rendah. Kondisi tenaga kerja di job market AS terlalu ketat sehingga mencari pekerja cenderung sulit.
"Oleh karena itu jika dibilang resesi, tidak juga kan. Justru tujuan The Fed itu sekarang ingin meningkatkan angka pengangguran di sana supaya menekan inflasi melalui tingginya suku bunga disana," sambung Fithra.
Situasi kemungkinan AS masuk resesi yang lemah tersebut, juga diamini oleh Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) sekaligus pengamat ekonomi digital, Nailul Huda. Dia menilai potensi resesi di AS cenderung diragukan karena tingkat permintaan dalam negeri masih cukup baik dan belum adanya stimulus moneter guna mendongkrak investasi.
"Saya ragu jika AS akan masuk resesi di tahun ini, namun sangat mungkin melambat. Data ekonomi AS pada beberapa bulan terakhir menunjukkan masih baik dan ditandai dengan suku bunga the Fed yang masih tinggi guna meredam inflasi," ujar Huda kepada MPI.
Sekadar informasi, Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) turun menjadi 1,6% pada kuartal I-2024. Angka pertumbuhan ekonomi AS ini di bawah ekspektasi dan turun dibandingkan kuartal sebelumnya pada 2023.