sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Australia Raup Rp655 Triliun Setahun dari Ekspor Emas

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
12/10/2025 05:03 WIB
Emas akan menjadi komoditas ekspor paling berharga kedua Australia, melampaui gas alam dan batu bara.
Australia Raup Rp655 Triliun Setahun dari Ekspor Emas. (Foto: Inews Media Group)
Australia Raup Rp655 Triliun Setahun dari Ekspor Emas. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Emas akan menjadi komoditas ekspor paling berharga kedua Australia, melampaui gas alam dan batu bara.

Pendapatan dari ekspor emas batangan diperkirakan melonjak menjadi 60 miliar dolar Australia atau sekitar Rp655 triliun pada Juni 2025-Juni 2026.

Angka tersebut naik dari 47 miliar dolar Australia pada tahun sebelumnya, dan hampir dua kali lipat dibandingkan dua tahun lalu.

Menurut laporan dari Departemen Perindustrian, Sains, dan Sumber Daya Australia, lonjakan ini akan mengimbangi penurunan pendapatan ekspor komoditas lain, termasuk bijih besi.

Harga emas beberapa kali mencapai titik tertinggi selama 12 bulan terakhir — menjadikannya salah satu komoditas dengan kinerja terbaik — karena bank sentral meningkatkan kepemilikan, Federal Reserve memangkas suku bunga, dan peningkatan permintaan aset safe haven akibat ketidakstabilan geopolitik.

Sementara itu, kinerja ekspor LNG melemah. Kinerja batu bara metalurgi, ekspor utama Australia lainnya, juga menurun.

 "Pendorong utama revisi kenaikan nilai ekspor pada 2025-2026 adalah lonjakan luar biasa harga emas dalam dolar AS," kata departemen tersebut dalam ringkasan triwulanannya, dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (11/10/2025).

Australia adalah salah satu produsen emas terbesar, dengan produksi diproyeksikan meningkat dari 340 ton pada 2025-2026 menjadi 369 ton pada periode berikutnya. 

Harga emas batangan spot menyentuh rekor di atas USD3.977 per ons pada Selasa, dengan harga naik lebih dari setengahnya tahun ini.

Total pendapatan ekspor sumber daya dan energi, yang mencakup bijih besi, minyak dan gas, serta logam seperti lithium dan tembaga, akan mencapai 369 miliar dolar Australia selama 12 bulan hingga Juni mendatang, sekitar empat persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

 "Ketidakpastian ekonomi global terus membebani harga dan pendapatan komoditas lainnya," kata departemen tersebut. 

Bijih besi akan tetap menjadi penghasil pendapatan terbesar, menyumbang sekitar seperempat dari pendapatan komoditas, senilai 113 miliar dolar Australia pada 2025-2026. (Wahyu Dwi Anggoro)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement