Belum rampung perang dagang pada tahun 2018, Bahlil mengatakan kondisi perekonomian di Indonesia juga dihadapkan oleh adanya wabah pandemi covid 19.
"Ini bukan sekedar persoalan kesehatan, tapi berdampak pada persoalan ekonomi, dan sosial, Indonesia salah satu yang terkena," kata dia.
Pasca pandemi covid 19, masing-masing negara berbenah untuk melakukan pemulihan ekonomi, termasuk Indonesia. Namun adanya konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina pasca pandemi, membuat terganggunya rantai pasok di Indonesia dan akhirnya berdampak pada pemulihan ekonomi Indonesia sendiri.
"Nambah lagi persoalan, di beberapa negara di dunia, seperti eropa, Inggris katakanlah, membuat kebijakan yang keliru, menaikan pajak kemudian berdampak pada politik internal," lanjutnya.
Selain itu, Bahlil menyebut konflik perang antar negara juga ditambah dengan kembali memanasnya tensi Israel dan Palestina. Bahkan belakangan, saling balas serangan juga dilakukan oleh negara Iran terhadap Israel maupun sebaliknya.
"Inilah yang membuat ekonomi dunia tidak menentu, nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak bisa diperkirakan. Harga minyak dunia, dari USD70 per barel menjadi USD100 per barel tahun 2022, sekarang naik lagi setelah ada ketegangan itu," tutupnya.
Terakhir, Bahlil juga menyinggung soal adanya permasalahan deflasi dan perlambatan ekonomi Tiongkok. Indonesia sebagai mitra dagang Tiongkok tentunya sangat terpengaruh dengan adanya perlambatan ekonomi di negara tirai bambu tersebut, terutama konsumsi di negara tersebut mengalami penurunan.
(NIY)