"Tetapi apa yang terjadi, Uni Eropa membawa kita ke WTO, mereka memprotes kita agar tetap mengirim bahan baku mentah, kita dibawa ke WTO dan kita kalah di pengadilan. Saya lapor ke presiden, mohon arahan, bapak presiden memerintahkan, lawan Uni Eropa. Indonesia sudah merdeka, tidak boleh satu negara mengatur kita," tutur Bahlil.
"Kalau bapak Presiden orang Jawa saja bisa melawan, apalagi menterinya yang orang Papua, kita lawan, makanya kita naik banding ke WTO. Ini adalah bentuk kedaulatan kita sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia," imbuh dia.
(RNA)