IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui, saat ini banyak negara maju yang tak mau menjalankan komitmen menurunkan emisi gas ruang kaca.
Bahlil memberikan contoh misalnya pada perjanjian internasional yang mengikat secara hukum untuk memerangi perubahan iklim, Paris Agreement, bahkan beberapa negara yang dikatakan sebagai pencetus sudah meninggalkan perjanjian tersebut.
"Contoh Paris Agreement, kita menurunkan emisi, tapi beberapa negara lain yang menginisiasi keluar panggung, jadi sekarang dunia bukan persoalan siapa yang hebat, cerdas, besar, tapi dunia membutuhkan pemimpin yang punya komitmen terhadap komitmen," ujarnya dalam acara Opening Ceremony The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2025 di Jakarta, Rabu (17/9/2025).
Bahlil menyebut, Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang menginisiasi perjanjian tersebut justru sekarang mulai meninggalkan bahkan mengabaikan komitmen bersama itu, untuk mengurangi emisi karbon.
"Amerika salah satu yang menginisiasi paris, di bawah pemerintahan sekarang, kita harus fair, tapi mereka sedikit mengabaikan, tapi Indonesia meski tidak sebesar Amerika, kita belajar konsistensi," tutur dia.
Bahlil menyebut gas bumi menjadi salah satu sumber energi ramah lingkungan di masa depan. Indonesia dinilai berpotensi besar untuk pemanfaatan sumber energi ramah lingkungan berbasis panas bumi karena cadangannya yang melimpah.
Bahlil memaparkan, total potensi dan cadangan geothermal di Indonesia mencapai 23.742 MW. Namun baru dimanfaatkan sekitar 11,6 persen atau sekitar 2.744 MW total kapasitas PLTP terpasang.
"Di Indonesia masih ada 90 persen potensi yang belum dikelola, di samping pembiayaan, yang memberikan perhatian terhadap capex perusahaan, harus saya akui peraturannya bermacam-macam," katanya.
(kunthi fahmar sandy)