sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bank Dunia: Krisis Utang Global Makin Membesar

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
10/04/2023 07:01 WIB
Bank Dunia mendorong penyelesaian krisis utang yang dialami negara-negara berkembang.
Bank Dunia: Krisis Utang Global Makin Membesar. (Foto: MNC Media)
Bank Dunia: Krisis Utang Global Makin Membesar. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank Dunia mendorong penyelesaian krisis utang yang dialami negara-negara berkembang. Bersama dengan Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia akan mengajukan proposal-proposal untuk mengatasi krisis tersebut.

Proposal-proposal tersebut akan diajukan dalam pertemuan Global Sovereign Debt Roundtable di Washington DC pekan ini. Pertemuan akan dipimpin oleh Bank Dunia, IMF dan India yang saat ini memegang Presidensi G20.

Salah satu proposal adalah peningkatan transparansi. Bank Dunia dan IMF akan berbagi informasi dengan semua kreditur guna menghitung skala keringanan utang yang dibutuhkan negara-negara berkembang.

Upaya restrukturisasi utang juga akan dipercepat dan diperkuat. Bank Dunia akan meningkatkan langkah-langkah seperti pembentukan komite kreditur dan penyediaan jaminan pembiayaan.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin(10/4/2023), Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan komite kreditur untuk Zambia yang dipimpin oleh China dan Prancis akan mengadakan pertemuan pada 16 April. Dia juga menyoroti upaya restrukturisasi utang di Ghana dan Ethiopia.

“Di tengah krisis utang yang semakin membesar, kita harus mempersiapkan pertemuan pekan depan dengan komitmen tinggi dan urgensi,” kata Malpass dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Minggu (9/4/2023).

Lebih dari separuh negara berpenghasilan rendah di dunia berisiko tinggi mengalami krisis utang. Beberapa telah mengalami  gagal bayar. 

Meskipun G20 pada 2020 menyetujui kesepakatan Kerangka Bersama untuk memperlancar proses restrukturisasi utang, tidak ada satu negara berkembang pun yang benar-benar mendapatkan keringanan sejauh ini.

Hal tersebut disebabkan ketidaksepakatan antara negara-negara Barat dan China. Beijing mendesak pinjaman dari lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia ikut dimasukkan dalam proses restrukturisasi utang. Usulan itu ditolak banyak negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS) yang merupakan pemegang saham terbesar di Bank Dunia. (WHY)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement