sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Banyak Penggilingan Padi Tutup, Ini Tanggapan Mentan

Economics editor Tangguh Yudha
16/08/2025 14:45 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menanggapi kabar banyaknya penggilingan padi yang tutup imbas isu beras oplosan.
Banyak Penggilingan Padi Tutup, Ini Tanggapan Mentan (Foto: iNews Media Group)
Banyak Penggilingan Padi Tutup, Ini Tanggapan Mentan (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menanggapi kabar banyaknya penggilingan padi yang tutup imbas isu beras oplosan. 

Amran mengatakan, fenomena tersebut sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Terdapat tiga klaster penggilingan padi di Indonesia, yaitu kecil, menengah, dan besar dengan jumlah yang cukup besar. 

Kondisi ini menyebabkan banyak penggilingan yang tidak bisa beroperasi karena kelebihan kapasitas (idle).

"Yang kecil jumlahnya 161 ribu, yang menengah 7.300, yang besar 1.065. Kapasitasnya yang kecil adalah 116 juta ton, tapi produksi padi Indonesia hanya 65 juta ton. Menurut anda, kalau kapasitas 116 juta, kemudian produksi padi Indonesia hanya 65 juta ton, idle nggak? Idle kan? Clear," ujar Mentan saat dijumpai usai konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2025 di Jakarta, Jumat (15/8/2025).

Mentan menambahkan, maraknya penggilingan padi yang tutup juga disebabkan oleh banyaknya perusahaan penggilingan besar yang masuk ke Indonesia 20 tahun lalu. Hal ini pada akhirnya menyebabkan aktivitas penggilingan kecil terganggu.

Lebih lanjut, pergeseran pola produksi juga memengaruhi aktivitas penggilingan. Di mana 70 persen produksi padi terjadi dalam enam bulan pertama setiap tahun.

"Artinya kalau 7 kali 6 berarti 42 juta ton. 42 juta ton sudah selesai giling. Selebihnya 23 juta ton, itu yang kapasitas giling terpasang adalah 165 juta besar kecil sedang. Pasti ada yang tidak kebagian kan? Yang besar harusnya tidak masuk mengganggu yang kecil," tutur dia.

Amran mengungkapkan, gangguan bisa terjadi bila penggilingan besar membeli gabah dengan harga lebih tinggi. Kendati demikian, dia memastikan bahwa saat ini ada tanda-tanda pemulihan bagi penggilingan kecil.

"Karena yang kecil kalau dia beli Rp6.500, dia membeli Rp6.700 yang besar. Kalau dia naik Rp6.700, mereka beli Rp7.000. Artinya yang kecil, ekonomi kecil terganggu. Tapi lihat fenomena, setelah terjadi pengurangan premium di supermarket modern, terjadi peningkatan penjualan di pasar tradisional. Kemudian penggilingan kecil mendapatkan suplai," katanya.

(DESI ANGRIANI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement