sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Batu Bara Masih Cukup 65 Tahun Lagi, Realistiskah Penghentian Dini PLTU?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
23/09/2022 15:25 WIB
Cadangan batu bara RI masih menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Langkah penghentian penggunaan PLTU masih perlu dikaji ulang.
Batu Bara Masih Cukup 65 Tahun Lagi, Realistiskah Penghentian Dini PLTU? (Foto: MNC Media)
Batu Bara Masih Cukup 65 Tahun Lagi, Realistiskah Penghentian Dini PLTU? (Foto: MNC Media)

Dewan Energi Nasional (DEN) dalam “Outlook Energi Indonesia 2019” juga memproyeksikan permintaan listrik pada 2050 akan mengalami kenaikan sebesar 9 kali lipat dari tahun 2018 atau mencapai 2.562 TWh dengan asumsi bahwa kerugian dalam transmisi dan distribusi sekitar 10%.

DEN juga memperkirakan produksi listrik pembangkit berbahan bakar batu bara masih akan tetap mendominasi pada masa mendatang. Meskipun pangsanya terhadap total produksi listrik semakin menurun dari 57% di tahun 2018 menjadi 41% pada tahun 2050.

Batu bara juga masih menjadi tumpuan bagi kawasan Asia Pasifik dalam penyediaan energi yang terjangkau dan murah. Kawasan memiliki kapasitas batu bara mencapai 76%, termasuk rencana pengembangannya yang akan mencapai kapasitas 94%.

Dibandingkan dengan China, negeri Panda ini menjadi konsumen sekaligus produsen batu bara terbesar di dunia namun hanya memiliki cadangan batu bara domestik untuk 50 tahun ke depan, mengutip Oilprice.

Dalam beberapa bulan terakhir, China juga meningkatkan produksi batu baranya secara signifikan. Dihadapkan pada ancaman kekurangan pasokan listrik saat musim gugur lalu, pihak berwenang China memerintahkan peningkatan produksi batu bara domestik disebabkan melonjaknya harga batu bara global.

Keamanan energi menjadi konsen negeri Tirai Bambu ini sejak musim gugur 2021. Di awal tahun 2022, China mengatakan akan terus memaksimalkan penggunaan batu bara di tahun-tahun mendatang untuk menjaga keamanan energinya di tengah janji untuk berkontribusi mengurangi emisi global.

Upaya ini terlihat dengan adanya percepatan persetujuan PLTU batu bara tahun ini. Pada kuartal pertama saja, China menyetujui kapasitas batu bara setara hampir setengah dari semua kapasitas PLTU pada 2021. China memberikan lampu hijau untuk proyek PLTU 8,63 gigawatt (GW) PADA q1 2022, setara 46,55% dari kapasitas 2021.

Melihat langkah China ini, Indonesia sepertinya tidak akan benar-benar serius untuk mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik. Mengingat peran batu bara yang masih cukup signifikan dalam sistem kelistrikan Tanah Air.

Indonesia perlu memikirkan langkah pengurangan emisi dari penggunaan batu bara melalui pemanfaatan sejumlah teknologi. Di antaranya adalah teknologi penangkapan karbon atau carbon capture utilisation and storage (CCUS). (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement