sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Belajar dari Pandemi Covid-19, Kemenkes Bentuk BGSi

Economics editor Muhammad Sukardi
15/08/2022 12:07 WIB
Pandemi Covid-19 membawa pembelajaran yang amat penting bagi banyak negara, termasuk untuk Indonesia.
Pandemi Covid-19 membawa pembelajaran yang amat penting bagi banyak negara, termasuk untuk Indonesia.
Pandemi Covid-19 membawa pembelajaran yang amat penting bagi banyak negara, termasuk untuk Indonesia.

IDXChannel - Pandemi Covid-19 membawa pembelajaran yang amat penting bagi banyak negara, termasuk untuk Indonesia. Negara dituntut menghadirkan layanan kesehatan yang lebih prima, sehingga ketika datang wabah baru penanganan bisa lebih baik.

Hal itu yang coba ditawarkan BGSi dari Kementerian Kesehatan. BGSi adalah program inisiatif nasional pertama yang dibuat Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mengembangkan pengobatan yang lebih tepat bagi masyarakat.

Caranya dengan mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri, atau bisa disebut dengan whole genome sequencing (WGS).

Pengembangan WGS ini sejalan dengan transformasi bioteknologi dalam aktivitas biosurveillance dan pelayanan kesehatan yang ditujukan dalam peningkatan deteksi patogen dan memperbaiki pengobatan. Sebelumnya, metode WGS sudah dimanfaatkan dan berperan penting dalam penanggulangan Covid-19.

"Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depannya. Melalui bioteknologi genome sequencing ini, kemampuan Indonesia untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan pengobatannya akan sangat pasti dan personal," kata Menkes Budi, dalam keterangan resminya, Senin (15/8/2022).

Menkes Budi melanjutkan, dengan mengetahui secara pasti diagnosis dan cara penanganan satu penyakit, contohnya batuk, walaupun gejalanya sama, tapi di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda. Nah, adanya BGSi, bisa mengidentifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera diobati.

Metode BGSi ini akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, termasuk kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.

Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.

Saat ini hanya terdapat 12 mesin WGS di Indonesia. Untuk mendukung berjalannya BGSi, Kemenkes menambah 48 mesin yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional yang terlibat dalam BGSi yang dilengkapi dengan mesin-mesin 'sequencing high throughput' yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu.

Target dalam dua tahun ke depan, ada 10 ribu genome sequences manusia yang terkumpul dan diteliti guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk Indonesia yang memiliki penyakit prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.

"Mudah-mudahan melalui inisiatif yang futuristik ini akan mempercepat indeks pembangunan manusia kita," harap Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Berdirinya BGSi ini juga tidak lepas dari peran dan dukungan para donatur, seperti The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures. Serta melibatkan kolaborator yang terdiri dari Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia.

Tak berhenti sampai disini, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mendorong agar inisiatif baik ini terus ditingkatkan dan diperluas melalui kerja sama dengan investor teknologi dari negara lain.

"Ini merupakan hasil kunjungan kami ke Tiongkok 7 bulan lalu, hasil kerjasama dengan Beijing Genomic Institute, dan hari ini sudah mulai kami implementasikan di Indonesia. Tapi, kerja sama itu pun kami kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 maupun Amerika Serikat dengan UC Davis University," tutup Menko Marves.

(NDA) 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement