sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Beri Kuliah Umum di Jepang, Menperin Beberkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional

Economics editor Ferdi Rantung
15/07/2025 16:29 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan strategi baru untuk memacu kinerja industri tanah air.
Beri Kuliah Umum di Jepang, Menperin Beberkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional. (Foto: Dok Kemenperin)
Beri Kuliah Umum di Jepang, Menperin Beberkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional. (Foto: Dok Kemenperin)

IDXChannel - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan strategi baru untuk memacu kinerja  industri tanah air yang tertuang dalam kerangka Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN). Hal itu Menperin ungkapkan saat memberikan kuliah umum di Universitas Hiroshima, Jepang. 

Agus menjelaskan, Indonesia kini tengah mengembangkan pendekatan baru dalam industrialisasi yang berpijak pada konteks global yang berubah cepat, sekaligus menjawab tantangan dalam negeri yang kian kompleks.
 
“Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Asta Cita, sebuah visi pembangunan nasional yang mencakup delapan misi besar. Enam di antaranya kini telah dioperasionalkan melalui sebuah kerangka strategis yang disebut sebagai Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN),” kata Menperin dalam keterangannya, Selasa (15/7/2025).
 
Menperin menegaskan, SBIN ini bukanlah sekadar lanjutan dari pendekatan masa lalu, melainkan pembaharuan dari gagasan-gagasan terbaik dalam ekonomi pembangunan. Hal itu telah disesuaikan dengan konteks Indonesia serta tertanam dalam realitas global yang multipolar, terdigitalisasi, dan bergerak menuju dekarbonisasi.
 
Untuk mewujudkan visi besar tersebut, Kemenperin menjalankan empat program utama yang saling terkait dan saling menguatkan dalam kerangka SBIN. Program pertama adalah hilirisasi sumber daya alam. 

“Hilirisasi bukan lagi jargon politik semata, melainkan bentuk nyata dari pergeseran struktural dalam model ekonomi,” ungkapnya.


Menperin mencontohkan, hingga 2019, Indonesia masih mengekspor nikel, bauksit, dan minyak sawit dalam bentuk mentah. Produk-produk ini menciptakan nilai tambah yang rendah, lapangan kerja yang terbatas, dan menghasilkan keuntungan yang tidak stabil. 

Namun sejak saat itu, pemerintah mulai mewajibkan pengolahan sumber daya tersebut di dalam negeri melalui kebijakan hilirisasi.
 
“Transformasi ini terlihat jelas di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah. Dahulu merupakan daerah yang relatif terisolasi, kini Morowali menjelma menjadi pusat industri yang kompetitif secara global, menjadi rumah bagi klaster perusahaan multinasional di sektor pemurnian nikel dan komponen baterai,” tuturnya.
 
Di kawasan itu, puluhan ribu tenaga kerja Indonesia kini terlibat dalam produksi baja nirkarat dan nikel sulfat berkualitas tinggi untuk baterai. Model serupa juga tengah diterapkan pada komoditas lainnya seperti bauksit, tembaga, dan minyak sawit. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement