"Bukan karena dia adik saya, tapi karena memang secara bisnis, dia sudah butuh (permodalan lebih besar), dan secara daya bayar, saya yakin dia mampu. Karena biar pun adik, tapi misal dia belum mampu, pasti tidak akan saya rekomendasikan. Karena kalau sampai ada masalah, saya juga pasti ikut tanggung jawab," ujar Azim, dalam kesempatan yang sama.
Selain Dede, Azim mengaku memiliki tiga anak didik lagi di bawah naungan Klaster Budidaya Ikan Nila Cijeruk. Namun, berbeda dengan Dede dan dirinya, ketiga anggota klaster tersebut lebih memilih untuk fokus ke bisnis jual-beli ikan secara harian.
Pilihan tersebut sengaja dipilih karena perputaran uangnya jauh lebih cepat dibanding dengan bisnis budidaya yang untuk meraup keuntungan, harus menunggu masa panen tiba, sekitar dua minggu sekali.
"Jadi mereka beli dari pembudidaya kayak Dede gitu, lalu langsung dijual ke pasar. Hari besok, cari pembudidaya lain yang sedang panen. Gitu terus tiap hari. Dengan begitu, mereka untungnya harian. Duitnya jadi lebih cepat muternya," jelas Azim.
Selain mendidik anggota klaster, Azim mengaku juga secara aktif melakukan sosialisasi dan edukasi ke para pelaku UMKM lain di desanya, yang berkecimpung di luar bisnis ikan nila. Biasanya, Azim banyak melakukan sosialisasi dan edukasi terkait inklusi keuangan dan berbagai produk layanan perbankan, khususnya dari BRI.