sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak, MTI: Perencanaannya Tidak Baik

Economics editor Heri Purnomo
15/12/2022 12:22 WIB
Pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dinilai akibat perencanaan yang tidak baik.
Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak, MTI: Perencanaannya Tidak Baik. (Foto: IG KCIC).
Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak, MTI: Perencanaannya Tidak Baik. (Foto: IG KCIC).

IDXChannel - Pemerintah terus mengebut perkerjaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang ditargetkan beroperasi Juni 2023. Meskipun dalam perjalanannya, proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya.

Berdasarkan perhitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencapai USD1,45 miliar atau setara Rp21,7 triliun.

Peneliti Senior Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)Bidang Pembiayaan Infrastruktur, Refi Patra Gadia menilai, perencanaan proyek KCJB tidak baik, sehingga terjadinya pembengkakan biaya dan mangkraknya proyek KCJB.

Seharusnya dalam proyek infrastruktur, sambungnya, perencanaan proyek harus sudah dapat mengantisipasi hal-hal yang semestinya tidak menyebabkan suatu proyek tidak berjalan dengan baik.


"Sejauh mana kualitas dokumen perencanaan itu sendiri, karena kita tahu perencanaan infrastruktur itu kita melihatnya keseluruhannya baik dari perencanaan, pelelangan, pelaksanaan sampai dengan eksekusi," katanya dalam Market Review IDXChannel, Kamis (15/12/2022).

"Kita lihat memang salah satu yang menjadi tantangannya, yakni pembebasan lahan dan kondisi tanah yang tidak stabil. Biasanya yang namanya pembangunan infrastruktur di awal-awal perencanaan atau penyiapan itu, harusnya sudah melakukan definisi untuk daerah yang cukup criticalnya," jelas Refi.  

Terlebih lagi, lanjutnya, proyek KCJB merupakan proyek stratgis nasional dan proyek kereta cepat pertama di Indonesia, sehingga adanya hal-hal yang menyebabkan terkendalanya proyek tersebut tidak terjadi.

"Jadi seharusnya dari uji ini kita sudah dapat menggambarkan sejauh mana risiko-risiko yang akan dihadapi dan akan terekspor kepada investor yang akan melakukan kegiatan itu," ujarnya.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement