Sekedar informasi, mekanisme pembelian properti di China dimulai daro menyerahkan uang muka biasanya 30 persen dari nilai apartemen. Selanjutnya akan mulai membayar angsuran hipotek bulanan agar pengembang bisa mulai membangun apartemen. Jika semuanya berhasil, pembeli akan menerima unit apartemen baru pada tanggal tertentu.
Logan Wright, mitra konsultan Rhodium Group yang berbasis di Hong Kong, menyebut situasi ini menunjukkan krisis keuangan gerak lambat dan pelan-pelan sektor properti akan hancur.
Krisis properti China mulai terlihat jelas dari adanya kasusnya tersebut. Penjualan apartemen merosot, disamping utang pengembangan yang menumpuk. Hal tersebut memantik krisis keuangan yang ada di tingkat daerah.
Selanjutnya lembaga pembiayaan Pemerintah Daerah (LGFV) juga kehabisan dana bahkan berada diambang default. Kondisi yang belum pernah dialami sebelumnya karena pemerintah daerah sejak lama bergantung pada penjualan tanah ke pengembang properti untuk menyeimbangkan pembukuan mereka.
Situasi yang dialami Wang ini menjadi gambaran bagaimana kondisi Kondisi ekonomi dan pasar properti yang ada di China yang sedang goyang akibat ulah pengembangan yang demikian.