Laba bersih BUMN secara konsolidasi juga meningkat signifikan dari Rp 13 triliun pada 2020 menjadi Rp 125 triliun pada 2021. Erick mencatat dengan efisiensi dan perbaikan bisnis model, laba bersih pada 2022 akan mencapai Rp 144 triliun.
Dia juga memaparkan total utang pendanaan konsolidasi BUMN pada 2021 sebesar Rp 1.580 triliun atau hanya 36 persen dari investasi tertanam (modal ekuitas plus utang pendanaan) pada BUMN dengan Rp 4.358 triliun.
"Jadi kondisinya sehat. Kita memang memfokuskan utang pendanaan investasi karena kita ingin memastikan bahwa utang-utang ini punya return atau pengembalian yang baik" katanya.
Utang pendanaan terhadap EBITDA tercatat menurun dari rasio 4,26 ke 3,37.Semakin rendah angka rasio utang terhadap EBITDA, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar utang.
Sementara realisasi dividen pada tahun anggaran 2022 sudah mencapai Rp 40 triliun atau lebih besar daripada target awal yang sebesar Rp 36,4 triliun. Erick menargetkan setoran dividen BUMN terus meningkat menjadi Rp 43,3 triliun pada 2023.