IDXChannel - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terjadi 19 kejadian bencana yang melanda wilayah Indonesia periode tanggal 1 sampai 7 atau seminggu awal bulan Agustus 2022 ini.
“Dalam satu minggu terakhir ini, kita mengalami dalam kurun waktu tanggal 1 sampai 7 Agustus kita mengalami 19 kejadian bencana yang melanda Indonesia,” ungkap Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari pada Konferensi Pers secara virtual, Senin (8/8/2022).
Aam sapaan akrabnya mengatakan 19 kejadian bencana tersebut hampir semuanya adalah kategori adalah bencana hidrometeorologi. “Jadi masih berkisar hidrometeorologi kering dan hidrometeorologi basah,” paparnya.
“Ada beberapa kejadian yang signifikan seperti kekeringan di Lanny Jaya, kekeringan yang kemudian diiringi oleh embun beku yang menyebabkan tanaman masyarakat gagal panen sehingga ada kelaparan,” ungkap Aam.
Selain itu, Aam mengatakan yang menjadi fokus BNPB saat ini adalah 2 kejadian banjir di Kalimantan yakni di Kapuas Hulu Kalimantan Barat dan Katingan di Kalimantan Tengah.
“Menjadi catatan kita, karena dua lokasi ini merupakan daerah yang juga menjadi perhatian pemerintah pusat bahkan bapak Presiden akhir tahun lalu juga menyampaikan langsung bagaimana langkah-langkah mitigasi dan kesiapsiagaan supaya banjir tidak berulang lagi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah ini,” katanya.
Sementara itu, kata Aam, kejadian bencana satu minggu terakhir dari tanggal 1 sampai 7 Agustus dimana di Sumatera kita ada banjir di Bintan, kemudian di Banyuasin, dan di Ogan Ilir. Kemudian ada banjir di Kalimantan Kapuas Hulu dan Katingan. Di Sulawesi, Bolaang Mongondow, Banggai, dan Konawe. “Jadi hampir semuanya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi kita mengalami hidrometeorologi basah.”
Aam pun mengatakan saat ini di Papua mengalami bencana hidrometeorologi kering. “Jadi ada kekeringan di Kabupaten Lanny Jaya khususnya di distrik Kuyawage yang menyebabkan tanaman masyarakat tidak bisa panen.”
“Ini juga menjadi perhatian kita di BNPB kita sedang memikirkan upaya mitigasi nya karena ini kekeringan klimatologis sehingga harus kita pikirkan bagaimana mengatasi kekeringan ini secara sistemik, tidak hanya dalam jangka panjang tentunya, tetapi juga dalam jangka pendek apakah bisa dengan modifikasi cuaca dan lain-lain,” paparnya.
(NDA)