Bank-bank swasta akan dapat memperoleh lebih banyak keuntungan dari pinjaman dengan suku bunga yang lebih tinggi. Sementara kepemilikan obligasi mereka akan terpukul oleh kenaikan suku bunga jangka panjang.
Pembeli rumah akan terdampak adanya kenaikan suku bunga hipotek (KPR) yang mungkin mendinginkan pasar real estat.
Penguatan yen yang didukung oleh kenaikan suku bunga akan memangkas biaya impor dan membantu rumah tangga dengan biaya impor pangan dan energi yang lebih murah.
Di sisi lain, hal ini akan melemahkan daya saing dan pendapatan eksportir di luar negeri.
Bagi wisatawan Jepang di luar negeri, penguatan yen akan membantu mereka, sedangkan akan membuat biaya mengunjungi Jepang menjadi lebih mahal.
Selama ini, yen yang lebih murah membantu eksportir termasuk raksasa pembuat mobil Toyota Motor Corp membukukan keuntungan yang diperoleh di luar negeri.
Hal ini juga menjadikan Jepang sebagai tujuan wisata yang lebih terjangkau, sehingga mendatangkan keuntungan bagi sektor perhotelan dan perekonomian regional.
Namun, kondisi saat ini berbeda. Harga komoditas dan barang-barang lainnya meningkat dengan laju tercepat dalam beberapa dekade terakhir, sehingga mengurangi keuntungan perusahaan-perusahaan yang bergantung pada impor, di tengah masyarakat yang merasakan dampak dari kenaikan harga energi.
Meningkatnya harga pangan impor dan kebutuhan sehari-hari lainnya akan semakin menyusahkan konsumen dalam negeri. (ADF)