Akio menjelaskan Jepang memproduksi sekitar 10 juta kendaraan per tahun, dimana 50 persennya untuk pasar ekspor. Prakiraan industri memperkirakan negara matahari terbit dapat memproduksi delapan juta kendaraan dengan mesin pembakaran internal - termasuk hibrida dan PHEV - setiap tahun, dan dengan larangan penjualan kendaraan ICE yang ditargetkan pada tahun 2030, hal itu dapat merugikan tenaga kerja di sana.
Artinya, produksi delapan juta unit akan terpengaruh, dan industri otomotif akan kehilangan hingga 5,5 juta pekerjaan. Akio masih percaya kendaraan hybrid dapat menjadi jembatan yang mampu menghubungkan masyarakat dengan EV tanpa membutuhkan infrastruktur pengisian yang masif.
“Untuk mencapai netral karbon, musuh utama kita adalah karbon dioksida, bukan mesin pembakaran internal. Jadi, untuk mengurangi emisi CO2 , penting bagi kita untuk memiliki inisiatif praktis dan berkelanjutan sejalan dengan situasi yang berbeda di beberapa negara dan wilayah,” jelasnya.
(SANDY)